Oleh: hendryfikri | Agustus 10, 2009

Ibu dan Gagak (Other’s Perspective)

Kemarin, aku mendapat taujih dari seorang ustadz tentang amal yang istimror (terus menerus), kemudian diberikanlah sebuah ilustrasi tentang sebuah kisah dari sang muwajjih, kisahnya adalah tentang Ibu dan Gagak. Perasaanku sih dah pernah dengar cerita ini, tidak begitu asing kudengar. Coba-coba browsing di internet kuketikkan: Ibu dan Gagak……. loading…..

dan ternyata banyak sekali tulisan yang mirip. tapi sayang, banyak yang tidak menyebutkan sumbernya dari mana. ada yang mengatakan sih kalo ini adalah kisah nyata seorang ibu dari spanyol. berikut tulisannya diambil dari salah satu website….


 

Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan
suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran.

Si ibu lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,

“Nak, apakah benda itu?”

“Burung gagak”, jawab si anak.

Si ibu mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekalilagi mengulangi
pertanyaan yang sama.

Si anak menyangka ibunya kurang mendengar jawabannya tadilalu menjawab dengan
sedikit kuat,

“Itu burung gagak, Ibu!”

Tetapi sejurus kemudian si ibu bertanya lagi pertanyaan yang sama.

Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung denganpertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!”

Si ibu terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ibu
mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan
menjawab dengan nada yang kesal kepada si ibu, “Itu gagak, Ibu.”

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ibu sekali lagi membuka mulut hanya
untuk bertanya hal yang sama.

Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.

“Ibu!!! Saya tak tahu Ibu paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ibu
bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi
yang Ibu mau saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak,
Ibu…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ibu lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.
Sesaat kemudian si ibu keluar lagi dengan sesuatu di tangannya.

Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya.
Diperlihatkannya sebuah diary lama.

“Coba kau baca apa yang pernah Ibu tulis di dalam diary ini,” pinta
si Ibu.

Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.

“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumurlima tahun.
Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke
arah gagak dan bertanya, “Ibu, apa itu?”

Dan aku menjawab, “Burung gagak.”

Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku
menjawab dengan jawaban yang sama.

Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku
terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.

Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku
kelak.”

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang
wajah si Ibu yang kelihatan sayu.

Si Ibu dengan perlahan bersuara, ” Hari ini Ibu baru bertanya kepadamu
soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta
marah.”

Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ibunya
memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.

Sangat menyentuh bukan kisahnya!!!:)

sekilas jika kita baca kisah tersebut, kita dapat mengambil hikmah bagaimana kesabaran seorang ibu mendidik anaknya.

Tapi…. jika kita lebih jeli mengambil hikmah lainnya dapat ditarik kesimpulan begini….

TERNYATA SETIAP MOMEN ITU HARUS DIABADIKAN!!!!

entah itu berupa Tulisan atau Foto….

jadi bukan hanya cerita belaka.

ibarat seorang ibu yang sedang menasihati anaknya “dulu ibu begini… bla… bla…”

itu kan dulu bu!!!” sahut sang anak. tanpa ada bukti mungkin agak susah menundukkan hati sang anak.

ada baiknya kita coba mengabadikan kisah-kisah hidup kita untuk dibagi nanti dengan anak-anak kita.

mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran bagi mereka ketika menjalani hidup sebagai orang tua nantinya.

So, Buat kalian yang belum mulai menulis, mulailah menulis. jangan takut tulisanmu jelek atau bahasanya aneh karena tidak dimengerti orang. Dan buat kalian yang sudah menulis, jangan berhenti dan bosan untuk menulis!!!

Mungkin Tidak terasa Manfaatnya Sekarang….

Tapi lihat nanti 5 tahun, 10 Tahun, 20 Tahun kedepan.

Entah itu Kita akan senyum-senyum sendiri…. 😀 , atau bahkan menitikkan air mata melihat tulisan-tulisan kisah kita yang mengharukan 😦

bahkan tulisan kita nantinya akan sangat berguna bagi anak cucu kita kelak, tentunya bagi perjalanan hidup mereka sebagai pemegang tongkat estafet kehidupan kita selanjutnya. Wallohu ‘alam


Tinggalkan komentar

Kategori